Rabu, 21 Juni 2017

Ketua PHDI Samarinda tutup Pasraman Kilat 2017 Pasraman Widya Sasana Kota Samarinda

Ketua PHDI Kota Samarinda I Ketut Witana saat menutup kegiatan Pasraman Kilat Pasraman Widya Sasana Kota Samarinda di Wantilan Pura Jagat Hita Karana Kota Samarinda. Rabu, 21 Juni 2017.
Samarinda (PHDI). Ketua PHDI Kota Samarinda I Ketut Witana menutup secara resmi kegiatan Pasraman Kilat 2017 Pasraman Widya Sasana Kota Samarinda di Wantilan Pura Jagat Hita Karana Samarinda pada hari Senin, 21 Juni 2017

Pasraman Kilat ini diikuti 50 siswa siswi Pasraman Widya Sasana Kota Samarinda. Kegiatan yang bertemakan “Mengenalkan Nilai-Nilai Budaya Leluhur Dalam Rangka Pemantapan Jati Diri Pasraman Widya Sasana Sebagai Generasi Muda Hindu” berlangsung sejak 19 Juni 2017 hingga hari ini 21 Juni 2017.  

Dalam laporannya, Ketua Panitia sekaligus Ketua Pasraman Widya Sasana Kota Samarinda I Wayan Lanang Nala, ST.,M.Par menjelaskan beberapa kegiatan Pasraman Kilat yang sudah dilaksanakan selama tiga hari. Beberapa diantaranya yaitu praktek mejejahitan, membuat klatkat, membuat ketipat sari hingga membuat canang ketipat kelanan. Praktik-praktik tersebut juga dilombakan, hadiahnya akan dibagi usai penutupan kegiatan ini.

Sementara itu, Ketua PHDI Samarinda I Ketut Witana sekaligus menutup kegiatan menyampaikan apresiasi yang luar biasa dengan terlaksananya Kegiatan Pasraman Kilat kali ini. Dia berharap anak-anak yang sudah terlatih tersebut, bisa diberdayakan untuk membantu acara-acara ritual keagamaan yang sering dilaksanakan di Pura Jagat Hita Karana maupun saat membuat upakara dirumah masing.

Dalam acara pembukaan turut hadir pula Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Prov. Kaltim Drs. A.A. Gede Raka Ardita, M.Si., Ketua PHDI Provinsi Kalimantan Timur I Made Subamia, Ketua PSN Provinsi Kalimantan Timur Jro Gede Dwija I Dewa Anom Putra, Ketua MGMP Agama Hindu I Nengah Sukalana, S.Pd., Ketua Peradah Kalimantan Timur I Nyoman Budhiyasa, S.Hut  Ketua WHDI Kota Samarinda Ibu Arbayah. (foto/berita:PS)

Senin, 27 Maret 2017

Persiapan Nyepi, Umat Hindu Samarinda Gelar Tawur Agung Kesanga

Pendeta Hindu tengah memimpin prosesi upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Jagat Hita Karana, Senin (27/3/2017). 
Seluruh umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi untuk merayakan tahun baru Saka 1939. Tak terkecuali di Samarinda.
Untuk itu, Pura Jagat Hita Karana yang berlokasi di Jalan Sentosa mengadakan Tawur Agung Kesanga yang setelah upacara, langsung dilanjutkan dengan pawai ogoh-ogoh di sekitar pura dan persembahyangan bersama.
"Ogoh-ogoh ini pendukung perayaan Nyepi dan juga sebagai kreasi dari umat Hindu. Namun ini juga sebagai lambang dari Buta Kala. Jadi dalam acara Tawur Agung ini kekuatan alam yang bersifat negatif akan dinetralisir. Karena pada prinsipnya kekuatan alam ini bisa positif dan negatif," ujar I Nengah Sukalana, selaku Ketua Badan Penyiaran Hindu Samarinda dan Sekretaris Parisada Provinsi Kalimantan Timur.
Dengan hari raya ini, ia juga berharap semua umat Hindu dimana pun dia berada semakin hari dapat semakin meningkat kesadarannya dan keimanannya. (*)

Nyepi 1939, Umat Hindu Samarinda Gelar Melasti di Tepian Sungai Mahakam

Umat Hindu yang mengikuti Melasti di Tepian Sungai Mahakam. (26/03/2017)

Ratusan umat hindu kota Samarinda berkumpul di tepian sungai Mahakam untuk menjalankan upacara Melasti, Minggu (26/3/2017).

Upacara Melasti merupakan salah satu rangkaian upacara menyambut perayaan hari raya nyepi tahun baru Saka 1939. Pada kalender umum, hari raya nyepi jatuh pada tanggal 28 maret mendatang.

Makna dari Melasti sendiri berasal dari kata Mala yang artinya kotor, sedangkan Asti artinya membuang atau memusnahkan. Dengan tujuan untuk memohon tirta amerta sebagai air pembersih dari Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).

Jadi, seluruh perlengkapan sembahyang yang ada di pura diusung ke tempat pembersihan, seperti laut, pantai, danau hingga sungai yang alirannya menuju langsung ke laut. Dalam upacara tersebut sesajian akan dilarutkan ke aliran air, sebagai makna membersihkan kotoran alam.

Bagi warga hindu kota Samarinda, upacara Melasti dilakukan pukul 08.00 wita dengan mengusung perlengkapan sembahyang beserta dengan sesajian hasil bumi dari pura Jagat Hita Karana, jalan Sentosa, menuju tepian Mahakam di jalan Gajah Mada.

Dalam upacara tersebut juga terdapat 4 tarian yang masing-masing memiliki makna, diantaranya tari Puspanjali, yang merupakan tarian wanita yang sedang bermain-main ditaman bunga bermakna menyambut kedatangan tamu. Dilanjutkan dengan Tari Baris yang bermakna seorang pemuda gagah berani. Kemudia Tari Brama Padma Kumala yang diciptakan oleh Ibu Desak Ketut Purnamayati, SH yaitu sebuah tarian adat Bali yang dikolaborasi dengan tarian budaya lokal yaitu gerakan tari Dayak dan Jepen. Tari ini menceritakan kehidupan gadis-gadis cantik dan ramah yang selalu ceria.

Tari Brama Padma Kumala yang dipentaskan pada saat Melasti di Tepian Sungai Mahakam. (26/03/2017)

Lalu, tarian Rejang Renteng yang tariannya dilakukan ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia Kota Samarida.

Dalam upacara tersebut, seluruh umat hindu menggunakan pakaian sembahyang lengkap dengan pernak pernik khas Bali. Upacara pun berlangsung khidmat dan khusyuk dibawah langit yang sedikit mendung.

Ketua panitia kegiatan Anak Agung Gde Putra mengungkapkan, upacara Melasti biasanya dilakukan di pantai atau di laut, tetapi karena Samarinda tidak ada pantai, maka upacara dilakukan di Sungai Mahakam yang juga alirannya menuju laut.

"Sumber air apa pun bisa digunakan sebagai tempat untuk menghanyutnya sesajian, asalkan alirannya menuju ke laut," jelasnya disela-sela upacara berlangsung. (PS)

foto/berita: Putu Suriana


Hujan Deras Mengguyur, Ratusan Warga Hindu Tetap Khusyu Sembahyang Upacara Melasti di Balikpapan

Suasana upacara Melasti umat Hindu di Pantai SPN Balikpapan, Minggu (26/3/2017). 
Ratusan umat Hindu di Kalimantan Timur melakukan upacara Melasti di Pantai SPNBalikpapan, Minggu (26/3/2017).
Upacara ini diikuti umat Hindu yang berada di Balikpapan, Penajam Paser Utara, Samarinda, Tenggarong, Bontang dan daerah sekitar Kota Balikpapan.
Kendati gerimis mengguyur, tak menghalangi warga Hindu yang sebagian besar mengenakan pakaian serba putih melakukan persembahyangan dalam upacara Melasti.
Anak-anak hingga orangtua tampak khusyu berdoa dengan dupa yang mereka tanam di sekitar mereka. Sebagian dari mereka tampak menyiapkan payung untuk berteduh dari guyuran hujan.
Upacara Melasti merupakan rangkaian sebelum perayaan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 28 Maret 2017 mendatang.
Upacara Melasti ini merupakan upacara pengarungan dan pensucian simbol-simbol sebelum memasuki perayaan Nyepi.
Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia Kota Balikpapan, Ir I dewa Made Wirya Atmaja dalam sambutannya, mengatakan upacara Melasti merupakan acara pensucian, melabuh segala kotoran, pikiran, perbuatan serta memperoleh air suci untuk kehidupan.
"Intinya upacara Melasti ini adalah mensucikan diri kita, termasuk pensucian alat-alat upacara atau simbol-simbol suci," tuturnya.
Hingga berita ini diturunkan, upacara melasti masih berlangsung. Para umat Hindu tampak khusyu mengamini doa-doa yang dipanjatkan imam besar, kendati air dari langit terus berjatuhan tak berhenti. (*)